Dengan hanya bermodalkan Candlestick
ternyata tidak cukup untuk menjadikan kita bisa selalu profit dalam forex.
Karena kemungkinan atau probabilitas WIN dengan LOSS nya adalah sepadan, Yaitu
50 : 50 (pola candlestick terkadang benar, terkadang juga salah). Oleh karena
itulah para chartist menciptakan ataupun menggunakan bermacam-macam indikator
dengan harapan supaya bisa mengfilter atau menyaring kesalahan-kesalahan sinyal
atau informasi yang diberikan oleh candlestick. Sehingga menjadikan
probabilitas WIN lebih besar daripada LOSS.
Ada banyak sekali indikator-indikator
yang telah diciptakan oleh para trader. Di MT4 saja, anda akan menemukan 30
Indikator Standard yang populer digunakan oleh trader di seluruh dunia. Dan
bagaimana dengan jumlah indikator custom? Woow.. sepertinya tak terhitung
jumlahnya karena saking banyaknya. Tapi yang akan saya bahas disini adalah
indikator standard yang ada di MT4.
Jumlah indikator standard di MT4
adalah 30 indikator. Anda bisa melihatnya di navigasi yang umumnya terletak di
samping kiri pada platform metatrader anda.
Dari ke tiga puluh indikator tersebut
anda bisa mengelompokkannya menjadi 3 Kelompok. Yaitu Indikator Trend,
Indikator Oscillator, dan Indikator Volume.
Kalau anda melihat menu MT4 diatas,
mungkin anda akan bertanya “Bagaimanakah dengan Bill Williams”? Bill Williams
itu bukan nama indikator, melainkan nama seorang trader yang menemukan
indikator.
Baiklah, meskipun indikator
dikelompokkan menjadi 3 Grup. Maka saya akan menjelaskan kegunaan indikator
tersebut. Untuk indikator Trend, saya akan menggunakan Moving Average.
Indikator Oscillator, Stochactis Oscillator. Dan untuk indikator Volume, mohon
maaf. Karena saya tidak begitu faham, jadi tidak saya jelaskan. Dan lagi, ada
yang mengatakan informasi volume pada tiap broker berbeda-beda. Hmm...
Indikator Trend (Moving Average)
Indikator Moving Average adalah
indikator yang berfungsi untuk melihat trend yang sedang terjadi. Indikator
Moving Average ada 4 Jenis, yaitu Simple Moving Average (SMA), Exponential
Moving Average (EMA), Smoothed Moving Average (SMMA), Linear Weighted Moving
Average (WMA).
Dari keempat jenis tersebut,
mempunyai satu fungsi yang sama yaitu menghitung harga rata-rata.
Periode adalah jumlah Candlestick
yang ingin dihitung rata-ratanya. Jadi misalkan indikator SMA anda aplikasikan
pada Timeframe 5 menit, maka SMA akan menghitung rata-rata dari 6 Candlestick
timeframe 5 menit sebelumnya untuk memperkirakan pergerakan harga sesudahnya.
Aplikasi ke dalam Close, memberikan
informasi bahwasanya yang dihitung adalah rata-rata harga penutupan. Anda bisa
juga menggantinya ke Open, untuk mencari harga pembukaan, Low untuk mencari
harga terendah dan lain sebagainya.
Cara membaca indikator Moving Average
adalah dengan melihat posisi atau letak Candlestisk terhadap indikator. Apakah
diatas SMA atau dibawah SMA? Kalau harga berada diatas SMA berarti trend Naik.
Dan kalau harga berada di bawah SMA, berarti trend turun.
Untuk mengetahui ciri-ciri dari
pembalikan trend adalah “Naik, ketika harga menembus SMA dari bawah ke atas.
Turun, ketika harga menembus SMA dari atas kebawah.”
Perhatikan gambar dibawah ini :
Gambar diatas adalah contoh Open
Posisi SELL dengan menggunakan indikator SMA pada timeframe H4 Pair EUR/USD
periode 6 candlestick H4 (1 hari) aplikasi ke dalam Close. Bisa anda lihat
disana, bahwasanya saya melakukan open posisi SELL ketika Candlestick H4
menembus indikator SMA dari atas kebawah (lihat open SELL yang paling atas).
Contoh Sinyal SELL
Sebenarnya, anda bisa saja
menggunakan indikator SMA ini sebagai acuan open posisi. Anda cukup
memperhatikan harga close nya (alasan harga close karena saya menghitung
rata-rata close), apakah ada diatas ataukah ada di bawah. Kalau diatas, open
BUY, kalau dibawah, open SELL. Coba perhatikan gambar ini :
Contoh Sinyal BUY
Gambar diatas adalah aplikasi
indikator SMA pada timeframe Weekly EUR/USD. Dimana saya sempat melakukan Open
Posisi BUY ketika harga sudah berubah ke Trend Naik (Perhatikan lingkaran
Kuning). Dan inilah hasilnya.
93 Pips dalam waktu 29 Jam. Andaikan
saya sedikit bersabar, mungkin takeprofit saya di 1.2540 akan tersentuh.
Hehehe. Tapi, tidak ada yang perlu disesalkan J.
Bagaimanapun juga, saya melakukan close profit pun karena saya punya alasan,
sewaktu saya BUY EUR/USD pada waktu itu di Candlestick weekly EU bentuknya
seperti ini :
Saya tidak sadar bahwasanya CS weekly
belum memiliki ekor bawah saat itu, dan sempat terkena gangguan psikologis
sewaktu floating minus 60pips lebih. See this,
Apa yang anda fikirkan ketika melihat
pola CS Weekly diatas? Bagaimana perasaan anda ketika melihat candlestick
bearish seperti itu? Apakah anda merasa harga akan menembus MA untuk terus
terjun kebawah? Apakah anda berifikiran untuk melakukan cutloss kemudian ganti
posisi dari BUY ke SELL?
Disinilah psikologis para trader akan
terganggu, saya pun juga mengalaminya pada saat itu. Kalau anda tidak punya
keyakinan yang kuat terhadap analisa anda, pasti anda akan berakhir seperti
trader lain. Oleh karena itu, sudah sering saya katakan di Wall FB bahwasanya “Akun
MC atau terkena Stop Out itu bukanlah akhir dari segalanya, tapi ketika
keyakinanmu terhadap teknik/strategimu hilang, itulah akhir dari hidupmu
menjadi seorang trader”
Kalau anda bertanya kepada saya, “berapa
kali anda terkena Stop Out?” hmm... sepertinya tak terhitung lagi
jumlahnya. Karena sudah ratusan kali. Dulu saya itu maniak welcome bonus.
Seingat saya sudah hampir 300 akun ++ yang saya MC/SO kan. Mulai dari welcome
bonus di Inconeon, Marketiva, FBS, Roboforex, Instaforex dan lain-lain.
Tapi puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, teknik yang saya gunakan dari dulu hingga sekarang masih tetap, yaitu
Teknik Pelangi HMMA buatan saya sendiri yang nantinya akan saya perkenalkan
kepada anda.
Back to topik, karena saya tidak
begitu yakin dengan sistem yang baru saya pelajari saat itu (Moving Average),
jadi saya mencoba untuk memantapkan keyakinan terhadap open posisi BUY saya
dengan mengkorelasikannya pada Pelangi HMMA beserta logika trading. Wal hasil,
ternyata Pelangi HMMA sepakat juga untuk BUY dan Logika saya juga berkata BUY.
Logika saya waktu itu adalah begini,
“bukankah CS weekly saat saya open posisi belum punya ekor bawah? Mungkin
saja CS weekly turun, karena ingin membuat ekor terlebih dahulu sebelum naik.
Bukankah saya melakukan open posisi berdasarkan CS weekly? Itu kan berarti saya
open posisi untuk jangka panjang? Kenapa harus bingung? Bukankah CS weekly
kurang 4 hari lagi sempurna? Masih banyak kemungkinan yang akan terjadi.”
Dari logika-logika yang saya fikirkan
matang-matang seperti itulah yang menjadikan saya yakin untuk HOLD posisi BUY.
Dan ternyata, hasil akhir adalah CS weekly berakhir dengan bullish pattern.
Meskipun open posisi terclose profit ditengah jalan. Hehehe
Saya tidak habis berfikir, bagaimana
mungkin beberapa orang trader berkata bahwasanya “trade what you see, don’t
trade with what you think”. Apa sih yang melandasi mereka berkata seperti
demikian? Atau mungkinkah saya menangkap kesimpulan yang keliru? Mudah-mudahan
saya saja yang keliru dalam memaknainya. J
Pernyataan diatas, sama halnya dengan
pernyataan “tidak ada yang tahu kemana harga akan bergerak 5 menit kemudian”,
dan juga “tidak ada yang tahu kapan harga akan berhenti naik atau turun, kita
hanya bisa mengikutinya”.
Oh my GOD..!! Jangankan 5 menit, 1
detik pun tidak ada yang tahu. Ayolah, gunakan logika dan akal fikiran kita
masing-masing. Kalau berbicara masa depan, yang tahu itu hanyalah Tuhan, right?.
Lantas bagaimana dengan trader-trader yang benar prediksinya? Lho? Bukankah di
forex itu hanya ada BUY dan SELL ya? Probabilitasnya kan 50:50. Beda lagi
jikalau di forex ada banyak pilihan, seperti Naik, turun, bergerak ke samping
kiri, bergerak ke samping kanan, serong ke kiri, serong kanan. Saya yakin,
banyak yang salah prediksi. Lol.
Tidak bisa mengetahui masa depan,
bukan berarti kita tidak bisa profit di forex. Bukankah sudah saya jelaskan,
bahwasanya probabilitas forex itu adalah 50:50 untuk BUY dan SELL? Dan di ebook
inilah kita akan belajar tentang Logika trading dan probabilitas, tentang
bagaimana cara meningkatkan probabilitas yang asalnya 50:50 untuk BUY dan SELL
bisa menjadi 65:35/35:65, 40:60/60:40, 30:70/70:30, 10:90/90:10, 95:5/5:95. J
Untuk pernyataan “tidak ada yang
tahu kapan harga akan berhenti naik atau turun, kita hanya bisa mengikutinya”,
saya hanya bisa berkomentar, pernyataan seperti itu sama halnya dengan
pernyataan “anda tidak akan tahu kapan anda mati” tapi bagaimana jikalau
anda ingin bunuh diri? Sudah tahukah kapan anda akan mati? Sama halnya dengan
forex, bukankah di dalam forex ada level psikologisnya? Yaitu Support
Resistance? Bukankah di forex/comoditi/index itu selalu naik turun? Bahkan GOLD
pun yang katanya selalu naik, ada turunnya kok.
Kita kembali lagi ke Indikator Moving
Average, jujur saja ya, saya disini mencoba untuk menjelaskan teknik/sistem
yang tidak pernah diajarkan oleh trader-trader lain. Trader lain kebanyakan
menjelaskan teknik berdasarkan pola yang
sudah terjadi atau masa lalu (perhatikan contoh gambar open sellku pada TF H4 sebelumnya).
Namun saya tidak. Saya mencoba untuk berusaha menjelaskan apa yang akan
terjadi. Dan bagaimanakah keadaan atau pola pada saat ini. Oleh karena itulah
ada pepatah yang mengatakan “Menjelaskan pola yang sudah terjadi lebih mudah
daripada pola yang akan datang”.
Apakah informasi yang diberikan oleh
indikator SMA selalu sesuai dengan yang diharapkan? Tentu saja tidak. Mungkin
saja, open posisi SELL dan BUY saya diatas kebetulan benar. Semakin lama anda
menggunakan indikator SMA, maka anda akan semakin merasa sering melihat false
signal.
Mungkinkah kita melakukan open posisi
berdasarkan indikator moving Average? Mungkin saja. Saya sudah membuktikannya
tuh. Cuman kalau menurutku, masih kurang tepat atau istilahnya itu kurang Head
Shot. J
Indikator Trend Moving Average tetap
saja menjadi indikator untuk melihat trend yang sedang terjadi. Namun masih
kurang cocok sebagai alasan untuk melakukan open posisi. Beberapa trader ada
yang mencoba untuk mengfilternya dengan menambahkan moving average lain agar
informasi yang diberikan oleh indikator bisa sedikit lebih awal atau lebih
cepat. Cara melakukan open posisinya biasanya adalah dengan mencari crossing
pada beberapa Moving Average. Namun, saya tidak ingin membahasnya lebih lanjut
disini. Anda bisa mempelajarinya lebih lanjut di mbah google. J
Kelemahan
dan kelebihan Indikator Trend (Moving Average)
Kelebihan :
“Moving
Average bisa digunakan untuk mengetahui trend suatu harga. Apalagi jika
menggunakan bermacam-macam MA dengan periode tertentu. Memungkinkan anda bisa
melihat trend pada jangka pendek dan juga jangka panjang. Selain digunakan
untuk mengetahui trend, bisa juga digunakan sebagai level support resistance,
nanti akan saya jelaskan pada bab pelangi HMMA”
Kelemahan :
“Sulit sekali
untuk menjadikan Moving Average sebagai acuan atau landasan dalam melakukan
open posisi jikalau tanpa adanya bantuan indicator lain.”
Indikator Oscillator (Stochastic
Oscillators)
Indikator oscillator berfungsi untuk
mengetahui level Over Bought dan Over Sold. Banyak sekali macamnya, seperti
RSI, Stochastic, dan lain-lain. Dari berbagai macam indikator oscillator
tersebut, intinya adalah satu yaitu Over Bought dan Over Sold.
Contoh indikator
oscillator yang akan saya jelaskan disini adalah Stochastic Oscillators. Dimana
indikator ini memberikan informasi tentang level over bought dan over
sold. Yang ketika Stochastic Oscillator memberikan sinyal bahwasanya harga
sudah berada pada Level Over Bought, maka bisa diprediksikan harga akan turun.
begitupula sebaliknya, ketika stoch sudah berada pada level Over Sold, maka bisa
diprediksikan harga akan naik.
Settingan untuk stochastic banyak
sekali macamnya, namun saya mencoba untuk menggunakan settingan standardnya,
yaitu %K = 14, %D=3, Slowing = 5. Cara opennya cukup mudah yaitu BUY ketika
crossing garis %K dan %D pada daerah Over Sold dan SELL ketika crossing
garis %K dan %D pada daerah Over Bought.
Nah, untuk menentukan level Over
Bought dan Over Sold ini yang agak sulit. Kalau level standarnya sih, 30 untuk
Over Sold dan 70 untuk over Bought. Tapi ada yang mengatakan 10 VS 90, ada juga
yang bilang 20 VS 80. Hmm... Bingung juga, tapi saya mengambil yang tengahnya
saja. Yaitu 20 dan 80.
Sudah fahamkah dengan cara open
posisinya? Kalau sudah faham, berarti anda sudah bisa memprediksikan contoh
gambar diatas bukan? BUY or SELL? J
Yups, betul sekali. jawabannya adalah
BUY. Inilah pergerakan harga kemudian.
Selamat, anda sudah bisa membaca
indikator oscillator. J
Baiklah saya akan mencoba untuk
mengetes anda sekali lagi, setelah anda melihat gambar dibawah ini, menurut
anda bagaimanakah pergerakan harga selanjutnya? Berdasarkan cara membaca
indikator stochastics yang sebelumnya saya jelaskan?
Sayang sekali, meskipun Stochastic
memberikan informasi bahwasanya harga sudah berada di level 97 hampir 100 (Over
Bought mentok). Namun inilah hasilnya akhirnya.
Perhatikan gambar dibawah ini :
Mohon maaf, sepertinya anda kurang
beruntung. Jangan sampai anda menuduh saya memanipulasi harga. Kalau tidak
percaya, silahkan anda buktikan sendiri. lihatlah CS H1 EUR/USD pada jam 8 – 18
waktu metatrader tanggal 21 Agustus 2012. J Memang
itulah kenyataannya.
Apakah anda salah membaca indikator
Stochastic? Tidak, anda sudah benar. Secara rule, sebelumnya stoch sudah
memberikan sinyal crossing kok. Malahan sudah berada di level overbought 90 ++.
Lantas dimanakah kesalahannya? Kesalahannya ada pada indikator. Silahkan anda
salahkan indikatornya, kenapa dia memberikan informasi yang salah. Lol.
Itu adalah
salah satu contoh dari kesalahan analisa teknikal. J Sebelumnya sudah saya tunjukkan kesalahan dari
analisa fundamental kan? Jadi sekarang antara chartist dan fundamentalis sudah
impas. hehehe
Tapi yang
jadi pertanyaan adalah, “benarkah semua chartist salah open posisi pada saat
itu?” Oh maaf saja ya, teknik pelangi beserta support resistanceku pada
saat itu kebetulan benar lho. Hehehe
Nanti akan
saya tunjukkan, ketika sudah waktunya membahas teknik pelangi HMMA milik saya. J
Kebanyakan
para trader ketika mengalami kejadian loss atau mendapati akun mereka terkena
Margin Call atau bahkan Stop Out mereka sering sekali lebih menyalahkan
indicator lalu membuangnya. Tanpa menginstropeksi diri sendiri terlebih dahulu.
Itulah kenapa banyak sekali trader yang suka gonta ganti sistem. Mereka tidak
pernah berfikir “bukankah dulu indicator tersebut telah menjadikannya profit?”.
Memang tidak
ada yang pasti kok, indicator stochastic yang sekelas internasional saja bisa
salah. Meskipun indicator stochastic salah, seharusnya tindakan “meninggalkan sistem” jangan segera dilakukan.
Harusnya di pelajari dulu apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya.
Saya sangat
suka sekali dengan tipe trader seperti itu, meskipun dia mendapati bahwasanya
indicator benar-benar 100% salah, namun dia mencoba untuk mengintropeksi diri
sendiri terlebih dahulu dan mencari alasannya sebelum meninggalkannya. Karena
dia merasa indicator tersebut sudah pernah memberikan profit baginya.
Beberapa
orang ada yang mengfilternya dengan cara memadukannya dengan indicator trend
seperti moving average, ada juga yang memadukannya dengan teknik price action (mencari
pola pin bar pada saat stoch memberikan sinyal over bough atau over sold). Ada
juga yang menggabungkan semuanya (Price action, indicator trend, dan
oscillators). And Well, inti dari semua yang mereka lakukan adalah untuk
meningkatkan probabilitas WIN. !!
Kelemahan
dan Kelebihan Stochastic
Kelebihan :
“bisa
memberikan informasi Over Bought dan Over Sold”
Kelemahan :
“Level Over Bought dan Over Sold tidak pasti. 20
dan 80, 30 dan 70, atau bahkan 100 dan 0. Kelemahan yang lain adalah kita tidak
bisa mengetahui level Over Bought/Over Sold yang akan datang. Tepatnya pada
harga berapa, kita tidak tahu. Misal, pada saat harga EU 1.2450 stoch
menunjukkan level 20. Pertanyaannya adalah jika anda ingin melakukan BUY pada
level 10 atau 5, bagaimanakah caranya? Pada harga berapa? Stoch tidak
memberikan informasi tersebut. J Jadi anda tidak akan mungkin bisa melakukan
open posisi BUY LIMIT atau SELL LIMIT.”